Senin, 18 Juni 2018

SBY dan Pemilu 2014

Pada tahun 2007 Walikota Solo sdh mendapat perhatian khusus dari kalangan intelijen, diplomat, dan politisi AS atas 'peran besar beliau mengatasi' maraknya aksi terorisme di kota Solo (Surakarta)

Berdasarkan penyelidikan diperoleh informasi bahwa 'peran besar mengatasi' aksi terorisme di Solo pada 2007 yg mendapat perhatian AS itu adalah hasil rekayasa yg diciptakan oknum2 tokoh intelijen RI

Mereka sengaja menciptakan proxy sebagai 'Pahlawan (Hero)' melawan terorisme

Pasca terpilih jadi walikota Solo 2015, Heru Kepala BIN Jawa Tengah memberi laporan 'menarik' kepada atasannya HP mantan Ka BIN

HP yg gagal meraih dukungan AS menjadi capres RI 2004 melihat informasi itu sebagai peluang baru utk berkuasa meski tdk sebagai Presiden RI

Bersama teman2, senior dan junior di ABRI yg semuanya adalah kader binaan Benny Moerdani, HP menyusun rencana mempersiapkan seorang proxy (boneka) utk menjadi presiden RI 2014-2019

Apakah Presiden SBY tahu rencana tsb? Tahu !

SBY termasuk barisan jenderal2 binaan Moerdani

Utk mewujudkan rencana besar menyiapkan seorang proxy sebagai presiden RI 2014 dibutuhkan strategi pencitraan yg sempurna, waktu persiapan yg cukup, biaya besar, dukungan berbagai pihak, termasuk dukungan AS

Tahap awal didirikanlah PT Rakabu Sejahtera

PT Rakabu Sejahtra perusahan patungan PT Rakabu milik Walikota Solo dgn PT Toba Sejahtra milik LBP

Komisaris utama Letjen Agus Widjojo (skrg Gub Lemhanas)

PT ini sebenarnya hanya kedok utk penyaluran uang dari PT Toba Sejahtra utk biaya pencitraan dan ops dll di Surakarta

Setelah PT Rakabu Sejahtra berdiri dan uang biaya pencitraan & ops sdh tersedia, maka direkrut oknum2 utk menciptakan berbagai event di Surakarta (Solo) dan penghargaan utk Jokowi

Oknum yg direkrut antara lain:
Gunawan Muhammad (@gm_gm /TEMPO)
Sitok dan Triyanto (Salihara)

Sebagai hasilnya muncullah berbagai event seni & budaya di Solo: festival, konser musik dunia, penghargaan Walikota Terbaik Versi Majalah Tempo - Thailand - Mayor City dst, termasuk penyelesaian pemindahan pasar yg diekspos besar2an dgn bumbu dramatis utk pencitraan Si Proxy

Semua strategi, rencana dan operasi pencitraan di Surakarta dikendalikan oleh LBP-HP dkk, yg berkantor pusat di lantai 17 Wisma Bakri Kuningan, Jakarta Selatan

Termasuk rekayasa ribut2 bohongan antara Gub Jateng dg Walikota Solo yg pernah mencuatkan nama si proxy

Agar rencana berjalan baik tnpa hambatan maka proxy harus diamankan dari segala gangguan terutama dari aparat hukum

Di sini bukti keterlibatan SBY mulai terlihat: berbagai laporan dugaan korupsi Walikota Solo dipetieskan oleh semua lembaga/institusi penegak hukum RI

Utk meraih dukungan AS harus disusun rencana yg sejalan dgn kebijakan politik LN AS pada masa itu: Perang Global terhadap Terorisme khususnya Al Qaeda dan jaringannya di seluruh dunia

Solo mendadak jadi 'pusat aksi terorisme' di Indonesia

"Dimunculkan untuk Dihancurkan"

Semua prestasi penumpasan aksi terorisme di Surakarta dihadiahkan untuk Sang Proxy.

Siapa Presiden RI saat itu? SBY

Ini bukti kedua bahwa Presiden SBY tahu dan terlibat sejak awal dlm penciptaan proxy sebagai presiden di Indonesia

Maraknya aksi terorisme di Solo yg kemudian dikaitkan mereka dgn jaringan Al Qaeda hanya berdasarkan keterangan Hambali di bawah penyiksaaan di Guantanamo, Kuba, berhasil meraih perhatian AS.

Tapi masih jauh dari meraih dukungan politik AS utk dapat mewujudkan Proxy = RI 1

Pemerintah AS 2008 - 2016 dikuasai PDemokrat AS dgn Obama sebagai POTUS

Utk meraih dukungan politik AS, para Dalang-Jenderal Merah Binaan Moerdani membutuhkan bantuan James Riady, tokoh yg sangat erat hubungannya dgn Clinton dan Partai Demokrat AS

JR mulai dilibatkan

James Riady adalah teman karib Clinton sejak 1984 ketika dia menjadi CEO Wharton Bank di Little Rock City, Arkansas saat Clinton masih menjabat Jaksa Agung dan Gubernur Arkansas

Jasa besar JR pada Clinton selain menjadi 'kasir kenakalan' Clinton adalah sebagai Dewa Penolong

Tanpa BANTUAN BESAR JR-Lippo-China pada Pilpres 1996, Clinton mustahil terpilih kembali menjadi POTUS

Skandal keterlibatan JR-Ma Huang dkk- Lippo-China pada Pilpres AS 1996 dikenal di seluruh dunia dgn sebutan : LIPPOGATE

JR terkoneksi dgn China Military Intelligence (CMI)

Keterlibatan JR dlm mewujudkan proxy sebagai presiden RI 2014 -2019 secara otomatis melibatkan CHINA

Lewat JR, China mulai menanamkan pengaruh dan peran besar dlm menciptakan Presiden Proxy di Indonesia sejak 2008

Sejak 2008 Sang Proxy bolak balik ke China untuk mendapat "pembekalan khusus" di kantor pusat PKC

Rudi Alfons (RA) mantan direktur LBH Jakarta, intel binaan HP ditugaskan menemani proxy setiap kali ke China

RA juga LO HP dkk ke KPK (2010-2014)

RA KaBid Hukum DPP Golkar

Kunjungan Proxy ke China utk mendapat pembekalan PKC ditemani RA adalah sebagai jaminan China agar Proxy dapat dipastikan menjalankan agenda China saat menjabat presiden RI nantinya

HP, LBP, SBY dkk (Tim Begawan) mendapat jaminan dari "data latar belakang/silsilah" Proxy

Thn 2009 dibentuk berbagai tim pendukung: Semut Ireng, PMS (Tionghoa Surakarta), Pasopati, Fans Persis dll dikoordinir putra mantan Walikota dan Wakil Walikota Surakarta utk mendukung kemenangan di Pilkada 2010.

Banyak keluarga dan simpatisan eks partai terlarang bergabung

Tim Begawan yg terdiri dari para jenderal purn binaan Moerdani anti Prabowo - Suharto juga merangkul banyak tokoh sipil (Djan Faridz, Said Aqil, Mahfud MD dll) dan Konglomerat Tionghoa (Paragon Grup dll) sebagai timses pemenangan proxy pada Pilkada Surakarta 2010

Pendekatan ke PDIP agar tetap mendukung si proxy dilakukan melalui HP, AG, STY yg adalah tokoh2 binaan Moerdani pencetus lahir PDIP dan pengusung Megawati sbg ikon perlawanan Suharto pada era ORBA

Pada 2010 proksi menang mutlak di Pilkada Surakarta dan siap diorbitkan

Utk menghindari kecurigaan publik atas bolak balik proxy Beijing - Solo, China menggerakan Komunis Internasional (Komunitern) untuk melanjutkan pembekalan kepada proxy

Tahun 2008 - 2011 tercatat 28 kali tim delegasi Timor Leste mengunjungi proxy di Solo dgn kedok kunker

Pada saat bersamaan JR mempersiapkan putra mahkota Cukong-China utk dipasangkan dengan sang proxy di Pilkada Jakarta 2012: Pangeran Zhang aka Zhang Wan Xie aka Basuki Indra aka Basuki Tjahja Purnama aka Ahok menjadi Putra Mahkota utk jadi Wapres RI 2019 dan Presiden RI 2024

Kembali peran dan keterlibatan Presiden SBY terbukti melalui perlindungan hukum atas berbagai dugaan korupsi Zhang Wan Xie selama 1.5 tahun menjabat Bupati Beltim.

Semua laporan pengaduan masyarakat atas korupsi2 dan kejahatan Pangeran Zhang dipetieskan aparat hukum

Mempopulerkan proksi dari tokoh Solo menjadi tokoh nasional merupakan tantangan besar

"Pertengkaran Gub Jateng vs Walikota Solo" tdk mampu angkat popularitas sang proxy ke pentas nasional

SBY bantu populerkan proxy dgn mengalihkan Proyek Mobnas ESEMKA jadi tunggangan proxy

Proyek Mobnas ESEMKA adalah proyek pemerintah (Perindustrian, BPPT, Kemendiknas) disulap SBY menjadi sarana promosi sang proksi.

Berbagai pelanggaran hukum terkait penggunaan Mobnas ESEMKA sbg mobil dinas walikota dan promosi proksi dilindungi Presiden SBY

Bahkan Presiden SBY terang2an mendukung pelanggaran hukum terkait penyalahgunaan proyek mobnas ESEMKA dg "memesan mobil ESEMKA"

Para menteri Kabinet dan pejabat tinggi diperintahkan SBY untuk turut "Pesan ESEMKA"

Untuk melambungkan popularitas Proxy ke pentas Nasional

JR berhasil merangkul AS bersama China menjadi Co-Leader dlm mewujudkan Presiden Proxy RI.

Bantuan, peran dan keterlibatan Presiden SBY yg mereka rasakan tidak maksimal mewujudkan agenda politik ini melahirkan "upaya paksa" agar SBY lebih serius dan secara penuh terlibat

Maka meledaklah pemberitaan media2 asing

Di awali dg pemberitaan media The Age & The Herald Australia
Disusul media2 asing lain

Pemberitaan media asing itu menohok SBY yg dilaporkan telah nenyalahgunakan kekuasaan, menerima suap, mencurangi pilpres 2009, membeli suara dst

Pasca pemberitaan miring media asing tsb, SBY membuktikan komitmennya memenangkan Proxy di Pilkada Jakarta 2012

Merobak kabinet: mengangkat Djan Faridz sbg Menpera utk mengkondolidasi dukungan cukong pengembang memenangkan proxy

Merombak TNI dan Polri
Mengkhianati Foke Nara

Utk memastikan kemenangan Proxy pada Pilkada Jakarta 2012, perlindungan hukum SBY sampai ke aparat hukum terdepan. Tim investigasi tdk diizinkan mendapat salinan atas kasus2 hukum, korupsi dan kriminalitas terkait proxy dan pangeran Zhang Wan Xie

Tim investigasi juga kehilangan saksi2 kunci. Ketua DMC Solo ditembak, Ketua LSM Beltim hilang bersama saksi lain, Dirut Sritex dan Gub Babel meninggal dunia mendadak. Mereka saksi kunci mengenai jati diri sang proxy dan pangeran Zhang aka Basuki Indra aka BTP aka Ahok

Perlindungan hukum dari Presiden SBY berlanjut hingga Proxy dan Pangeran Zhang (ahok) menjadi penguasa Jakarta. Berbagai laporan korupsi mereka selama menjadi penguasa Jakarta dipetieskan semua institusi hukum termasuk KPK

Sejalan dg rencana mendudukan proxy jadi presiden RI, infiltrasi ke KPK menghasilkan kriminalisasi terhadap politisi2 Islam yg kemudian isunya digoreng habis2an oleh media aseng asing antek utk memojokan politisi islam, menghancurkan citra Islam & moral umat Islam (2011-2014)

Investigasi ke Lapas Berramah, Darwin, Australia membuktikan seorang terpidana 18 tahun bernama ahmad olong mendadak dibebaskan dari Lapas padahal baru menjalani hukuman 2,5 tahun

Ahmad Olong disusupkan ke PKS
Berganti nama Ahmad Fathonah
Menjadi agen merusak PKS dari dalam

Keterlibatan CSIS baru tercium ketika terjadi peledakan Gereja Di Surakarta 25 Sept 2011 sbg stimulan untuk AS agar lebih mengukuhkan keterlibatannya mewujudkan proksi sebagai presiden RI 2014

Proxy seolah2 menjadi solusi agar RI tdk jatuh ke penguasaan kelompok radikal

Tekanan AS melalui pemberitaan media2 asing yg ungkap dugaan SBY mencurangi pilpres 2009, menerima suap dari konglomerat2, intervensi proses hukum, menyadap para lawan politik, terlibat berbagai korupsi, Bail out Bank Century dll berhasil memaksa SBY lebih all out bantu Proxy

SBY melakukan mutasi sejumlah Pati Polri - TNI utk memastikan kemenangan Proxy di Pilkada Jakarta 2012 dan mengkhianati Fauzi Bowo-Nahrowy Ramly yg diusung @PDemokrat, partai SBY sendiri

Penunjukan Djan Faridz musuh besar Fauzi Bowo sbg Menpera melangkapi pengkhianatan SBY

Hasilnya seperi kita ketahui bersama: Proxy dan Pangeran Zhang aka Ahok berhasil menang Pilkada Jakarta 2012

Ucapan terima kasih disampaikan Dubes AS Scot Marceil kepada SBY atas bantuannya mendorong proxy selangkah lebih dekat dgn tujuan: Menjadi Presiden Proxy RI 2014

Pada Januari 2013 usai bertemu Proxy di Balaikota, Dubes AS Scot Marceil bertemu SBY di istana utk menyampaikan undangan Obama utk berkunjung ke Washington DC bertemu Obama , Clinton dan elit PD AS membahas strategi lanjutan agar rencana presiden proxy 2014 dapat terwujud

SBY menyatakan bersedia ke Washington DC tapi memohon agar kepergiannya ke Washington DC disamarkan dlm sebuah acara lain bukan pertemuan dgn Obama-Clinton agar rakyat Indonesia tdk mencurigai keterlibatan SBY membantu kemenangan proxy di Pilkada Jakarta 2012 dan Pilpres 2014

Dubes AS menyanggupi permintaan SBY. Pada akhir 26 Mei 2013 SBY bersama rombongan terbatas terbang dari Jakarta menuju Washington DC utk membahas rencana pemenangan Proxy dlm Pilpres 2014.

Sebagai pengecohan publik, SBY lebih dulu terbang ke Swedia, setelah itu baru ke AS

Pada akhir Mei 2013 SBY ke AS seolah2 utk menerima penghargaan sbg Negarawan Pendukung Toleransi Beragama dr Yayasan Yahudi New York Appeal of Conscience Foundation (ACF)

Tujuan SBY sebenarnya membahas strategi mewujudkan Presiden Proxy pada Pilpres 2014

Sebelum menerima penghargaan AFC SBY melakukan rapat rahasia dg Obama - Clinton - Ralph Emmanuel dkk membahas strategi Proxy di Pilpres 2014.

SBY menolak saran AS agar Proxy diusung @PDemokrat dn menyarankan lebih baik Proxy diusung PDIP

SBY committed membantu dari Istana

SBY juga menyarankan selain diusung PDIP, proxy harus diusung minimal 1 partai Islam. SBY memastikan PKB dapat diarahkan utk bergabung bersama PDIP mengusung Proxy sebagai capres 2014

Mengenai PDIP yg sdh punya capres sendiri yakni Megawati akan dituntaskan SBY dibantu AS

Pada 30 Mei 2013 SBY menelpon Wapres Budiono utk menyampaikan pesan SBY dari AS agar Budiono menginformasikan hasil rapat di AS kepada Taufik Kemas Ketua MPR Suami Megawati Ketum PDIP

Budiono - TK rencana bertemu di Ende 1 Juni 2013 dlm rangka acara hari lahir Pancasila

Pada acara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT 1-3 Juni 2013 Wapres Budiono menyampaikan pesan SBY kepada Taufik Kemas bahwa sesuai kesepakatan Washington: PDIP segera usung Proxy sebagai Capres. PKB siap berkoalisi dg PDIP. SBY akan membantu secara rahasia utk memenangkan Proxy

Taufik Kemas meneruskan pesan SBY hasil rapat di DC kepada istrinya Megawati pada tgl 5 Juni 2013. Mega menolak memenuhi pesan tsb

Alasan Penolakan Megawati
1. Hasil Munas Bali Capres PDIP 2014 adalah Megawati
2. Megawati tdk percaya pada SBY yg terbukti khianat dan bohong

TK bersikeras agar Megawati mempertimbangkan kembali pesan SBY hasil rapat di DC.

Mega bergeming. Dikabarkan ada sedikit perdebatan. Tiba2 TK jatuh sakit, dikirim berobat ke Elizabeth Hospital Spore 7 Juni

Namun meninggal dunia 8 Juni 2013

Innalilahi wa innailahi rojiuun

Mengenai meninggalnya Taufik Kemas hanya tiga hari setelah menyampaikan pesan SBY agar PDIP segera usung Proxy sebagai capres 2014 masih meninggalkan misteri

Penolakan Megawati atas permintaan SBY agar PDIP mengusung proxy jadi capres 2014 berbuntut panjang

Megawati diteror habis2an pasca meninggalnya TK

Segala cara dipakai menekan Mega agar proxy diusung PDIP

Teror kepada Megawati mulai desakan dari para senior PDIP, DPD PDIP Propinsi, HP dkk sampai sabotase dan pencurangan pilkada di propinsi2 basis PDIP yg dilakukan rezim SBY dibantu AS, China dkk. PDIP kehilangan kursi Gubernur di basis sendiri seperti Papua, Jatim dan Bali

Puncaknya, tekanan hebat datang dari hampir seluruh DPD Propinsi PDIP: menuntut Megawati mencapreskan Proxy. Jika Mega tdk bersedia, Mega akan digulingkan melalui Munaslub PDIP

Mega menyerah
Mega tersadar
Mustahil menang lawan SBY-Cukong-AS-China dll yg menginginkan Proxy

Bahkan ada ormas baru bentukan STY-DF dkk yg sampai mengancam membakar Kota Jakarta jika Megawati menolak mencapreskan si proxy

Salah satu pentolan ormas radikal itu sekarang jadi jubir @PDemokrat. Menyamar pura2 jadi musuh si proxy padahal pendukung fanatik sejak 2014 lalu

Sebelum memutuskan proxy jadi capres PDIP, mendadak datang permintaan AS dan CSIS agar JK diduetkan bersama proxy sbg cawapres sesuai kesepatan Obama-Bapa Suci Paus Fransiskus 27 Maret 2014 di Vatikan

Pertemuan di rumah Jakob Soetojo dihadiri 7 Dubes & Mahatir sebagai saksi

CSIS menggagalkan rencana LBP & Samad Ketua KPK menjadi cawapres proxy

Elit Tionghoa Katolik sebagai pengendali CSIS menemui Paus Fransiskus dan meminta bantuan Paus untuk memohon Obama mendorong JK jadi cawapres proxy

Obama pulang dari Ukraina diminta mampir ke Vatikan

Dg alasan menyelamatkan gembala katolik Indonesia, kontribusi pada kekuasan pemerintah & menjadikan peledakan Gereja Katolik oleh "aksi2 terorisme" seperti terjadi di Solo 25 Sept 2011, elit Katolik memaksa Paus utk memohon Obama setujui JK sbg cawapres Proxy di Pilpres 2014

Pengaruh Kristen Evengelis (JR) & Protestan (LBP) dianggap lebih dominan dan akan membahayakan kepentingan Katolik jika tdk ada representasi katolik di pucuk kekuasaan

CSIS - elit Katolik RI mengajukan JK sbg cawapres proxy kepada AS melalui Paus

AS setuju: Samad & LBP out

Maka pada 13 April 2014 dgn disaksikan 7 dubes asing (3 eropa, 3 timur tengah dan Mahatir Muhammad) bertempat di Rumah Jakob Sutoyo Permata Hijau Jakarta "Perkawinan Proxy - JK" disahkan.

Mahar dll diselesaikan di Swiss oleh para pihak beberapa hari kemudian

Mundur sedikit ke belakang. Pengusungan proxy dan pangeran Zhang aka Ahok oleh PDIP - Gerindra dilakukan melalui tipu daya kepada Hashim dan Prabowo

Kedua kandidat seolah2 tdk terkait dg HP, LBP, SBY para jenderal merah binaan Moerdani musuh besar Prabowo

Prabowo tertipu

Keunggulan ops inteljen SBY-HP-LBP memang hebat dan mampu mengelabui Hashim - Prabowo. Sehingga hasilnya luar biasa, Prabowo "dikalahkan" oleh anak asuh sendiri yg sdh dibantu habis2an agar menang Pilkada DKI

Mereka berdua adalah pengkhianat sejak disodorkan kepada Prabowo

Pengkhianatan proksi dan pangeran Zhang putra mahkota JR - China - Cukong kepada Prabowo tdk ada arti dibanding pengkhianatan SBY kepada Prabowo Hatta

Prabowo menyelamatkan SBY dari ancaman pemakzulan yg timbul dari rencana pembentukan pansus DPR Hak Angket Mafia Pajak

Di saat SBY terpojok oleh rencana pembentukan Pansus DPR Hak Angket Mafia Pajak yg akan menyelidiki donasi haram cukong2 utk dana pemenangan SBY di pilpres 2009, Prabowo dan Gerindra meloncat ke kubu SBY dan menggagalkan Pansus DPR

Air Susu Prabowo dibalas Racun Maut SBY

Hatta Rajasa besan tercinta tak luput dr pengkhianatan sadis. SBY di depan publik merestui dan mendukung kemenangan Hatta - Prabowo, dibelakang menikam: Kemenangan Prabowo-Hatta disabotase SBY dg mencurangi hasil pilpres 2014

Besan, teman, kader, rakyat semua dikhianati SBY

Tetap jadi penguasa dan membangun dinasti Cikeas melalui pencawapresan AHY yg sdh disepakati bersama proxy merupakan prioritas utama SBY. Mengalahkan segalanya termasuk moralitas, etika dan hukum

SBY menjadi penguasa di balik layar rezim proxy

Jika anda cermati baik2, para menteri /pejabat setingkat menteri dan ketua lembaga negara banyak dijabat oleh kader - kroni SBY yg tdk terafiliasi dg @PDemokrat

Kader dan partai demokrat pun dikibuli, dikhianati SBY

Moeldoko
Agus marto/Perry Warjiyo
Gatot Nurmangyo/Hadi Tjahjono
Retno Marsudi
Nila Anfasa Moeloek
Lukman Hakim
Anton Sulaiman
Suhadi Alius
Sofyan Djalil
Darmin Nasuition
Sri Mulyani
Tito Karnavian
Agus Widjojo
Agus Rahardjo
Wimboh Santoso
Amin Sunaryadi

Semua orang SBY

Bagaimana SBY mencurangi Pilpres 2014?
Kurang lebih sama dg ketika SBY mencurangi Pilpres 2009

Apakah SBY berhasil membangun dinasti Cikeas pada 2019?
Tergantung apakah dia dikhianati si proksi atau tidak

Selasa, 22 Mei 2018

Mengenal CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan L.B. Moerdani


Pada salah satu seminar membicarakan pemilu di kantor CSIS di Tanah Abang, Jakarta, tanggal 3 September 1996, Panda Nababan, seorang wartawan senior Jakarta, tiba-tiba angkat bicara. Dengan tenang Panda Nababan menuduh CSIS sebagai pusat tempat dirumuskannya banyak keputusan Politik Indonesia masa lalu yang merepotkan kita semua sekarang ini. Dr. Sudjati Djiwandono, seorang pembicara dalam acara itu juga sulit menyembunyikan amarahnya kepada Panda Nababan.

Tapi Harry Chan Silalahi yang menjadi moderator pada saat itu, meski bisa menahan diri untuk menangkis tuduhan Panda Nababan, tapi ia tetap tenang, dan seperti biasanya penuh senyum, meski kabarnya terlihat gugup. Beberapa hari kemudian, dengan bantuan harian Kompas (tgl. 7 September 1996), Harry Chan Silalahi memberikan wawancara khusus yang membantah semua tuduhan Panda Nababan.

Di sana dengan gaya orang rendah hati Harry Chan membeberkan betapa salahnya orang yang menganggap CSIS itu memainkan peranan penting pada belasan tahun pertama Orde Baru. Yang ada sebenarnya hanya kedekatan antar individu, bukan CSIS dengan pemerintah, kata Harry Chan.

Para pendiri CSIS itu dekat dengan pemerintah, katanya. Ia menyebutkan dirinya sebagai tokoh KUP Gestapu (Front Pancasila), Liem Bian Kie (Yusuf Wanandi) sebagai tokoh Golkar, demikian juga dengan Sudjati Djiwandono. Dan tentu saja Sudjono Humardani dan Ali Murtopo yang memang Aspri Suharto. Dr. Sudjati Djiwandono, seorang pembicara dalam acara itu juga sulit menyembunyikan amarahnya kepada Panda Nababan.

Kepada harian Kompas, Harry Chan menjelaskan: “Pada prinsipnya CSIS membatasi diri untuk tidak terlibat dalam soal taktis politik. Meskipun demikian CSIS kerapkali diisukan telah melakukan hal itu. Padahal pembahasan masalah dalam negeri yang dilakukan CSIS bersifat strategis konsepsional”.

CSIS terbentuk, menurut Harry, pada tahun 1971 ketika Hadi Susastro dan beberapa kawan-kawannya pulang belajar dari Eropa. Merekalah yang mengusulkan dibentuknya sebuah lembaga think tank. Tidak dijelaskan oleh Harry bahwa sebelumnya bergiat dalam CSIS, para kader Beek itu sudah berkiprah dalam operasi khusus (Opsus) pimpinan Ali Murtopo.

Masih belum yakin dengan bantahannya lewat harian Kompas, sebulan kemudian, lewat harian Nusa Tenggara (terbit di Denpasar) edisi 13 Oktoer 1996, Harry Chan muncul lagi dalam sebuah wawancara yang menggunakan hampir satu halaman surat kabar.

Di sini sekali lagi Harry Chan melakukan cuci tangan terhadap semua tingkah laku politik CSIS di masa jaya Ali Murtopo hingga masa akhir berkuasanya L.B. Murdani. Penjelasan panjang lebar Harry Chan dalam koran terbitan pulau Bali itu sepintas lalu sangat persuasif serta menyakinkan, terutama bagi generasi muda yang tidak mengalami pergolakan politik awal Orde Baru. Tapi bagi orang seperti saya, semua cerita Harry Chan itu sebenarnya adalah isapan jempol belaka.

Perhatikan bahwa dalam semua penjelasan Harry Chan sama sekali tidak pernah menyebut Opsus dan keterlibatan kaum katolik ekstrem kanan di sana.

Mereka yang tergolong generasi 66 di Jakarta masih ingat kantor mereka (Opsus) di Jalan Raden Saleh Jakarta Pusat. Juga penjelasan Harry Chan sama sekali tidak terdengar nama Pater Beek SJ, pastor kelahiran Belanda yang memainkan peranan besar di balik lahirnya CSIS tersebut.

Beek adalah pastor ordo Jesuit yang sudah aktif lama di Indonesia melakukan kaderisasi para pemuda dan mahasiswa katolik. Ia melakukan kegiatan kaderisasinya di asrama Realino Yogyakarta, di samping melakukan kaderisasi di Klender, Jakarta.

Di Klender kegiatan itu disebut Kasebul (Kaderisasi sebulan). Dalam kegiatan Kasebul itu bukan cuma indoktrisasi yang dilakukan, bahkan latihan pisik yang mendekati latihan militer juga diberikan. Di sana para kader dilatih menghadapi situasi jika diinterograsi oleh lawan. Bagaimana meloloskan diri dari tahanan, bagaimana survive dan sebagainya.

Latihan seperti ini ditujukan untuk mempersiapkan showdown dengan komunis waktu itu. Kegiatan ini kemudian diketahui oleh Subandrio yang memimpin BPI (Badan Pusat Intelejen). Akibat kejaran BPI Pater Beek terpaksa melarikan diri ke luar negeri dekat sebelum Gestapu 1965. Beek kembali ke Indonesia setelah Subandrio ditangkap dan BPI dibubarkan.

Sebagian dari lulusan terbaik Kasebul ini dikirim untuk latihan lebih jauh lagi di luar negeri. Salah seorang yang berhasil dikirim keluar negeri sebelum Gestapu adalah yang kemudian menjadi wakil komandan Laskar Ampera, Louis Wangge almarhum. Wangge dikirim oleh Beek ke Universitas Santo Thomas, Filipina. Begitu yang diketahui orang. Tapi kemudian Wangge sendiri mengaku bahwa sebenarnya ia dikirim ke sebuah pusat latihan intelejen di sebuah pangkalan Amerika di Filipina.

Cerita tentang ini semua dikisahkan Wangge setelah ia dikucilkan oleh CSIS karena sikap Wangge yang menolak kebijakan CSIS yang anti Islam.

Dalam keadaan tegang antara Wangge dan CSIS di pertengahan tahun tujuh puluhan, misalnya, Wangge pernah menyundut rokok menyala ke baju yang melekat di tubuh Sofyan Wanandi dikamar kecil bioskop Menteng (bioskop itu sudah digusur sekarang).

Saya sendiri juga pernah menjadi kader Pater Beek dan dilatih melawan komunis. Tapi seperti juga Wangge, ketika CSIS sudah menjadikan Islam sasarannya, dan karena CSIS menjadi tanki pemikir Rezim Suharto, juga karena ikut berdarahnya tangan CSIS di Timor Timur, saya tidak bisa lagi tetap berada dalam jajaran pengikut Pater Beek.

Terutama setelah demi ambisi kekuasaan dan kontrol orang-orang CSIS (Liem Bian Kie dan Sudradjat Djiwandono) Partai Katolik pun mereka gilas. Begitu yakinnya mereka akan pentingnya mengontrol Indonesia lewat Golkar, mereka tega menindas Uskup Atambua (mempertahankan Partai Katolik), orang yang sebenarnya berjasa dalam proses integrasi Timor-Timur.

Sebagai wartawan Tempo yang sudah mengunjungi Timor Timur sebelum invasi operasi intel pimpinan Murdani, dan mengikuti perkembangan wilayah itu hingga kini, saya tahu bagaimana permainan Murdani bersama orang-orang CSIS dalam mengeruk uang dari Timor-Timur, setelah sebelumnya membantai secara kejam banyak penduduk bekas jajahan Portugis tersebut.
Dengan uang yang terus mengalir (monopoli kopi yang dikelola oleh Robby Ketek dari Solo) itulah mereka, antara lain, bisa membiayai operasi-operasi politik Murdani bersama CSIS.

Tapi siapa sebenarnya Beek? Menurut cerita dari sejumlah pastor yang mengenalnya lebih lama, Beek adalah pastor radikal anti komunis yang bekerja sama dengan seorang pastor dan pengamat Cina bernama pater Ladania di Hongkong (sudah meninggal beberapa tahun silam di Hongkong).

Pos china watcher (pengamat Cina) pada umumnya dibiayai CIA. Maka tidak sulit untuk dimengerti jika Beek mempunyai kontak yang amat bagus dengan CIA. Sebagian pastor mencurigai Beek sebagai agen Black Pope di Indonesia. Black Pope adalah seorang kardinal yang mengepalai operasi politik katolik di seluruh dunia.

Tentang Black Pope ini tidak banyak diketahui orang, juga pastor katolik yang tidak tahu mengenai kedudukan, peran, dan operasi Black Pope yang sangat penuh rahasia itu. Tapi ketika almarhum Dr. Sudjatmoko menjadi Rektor Universitas PBB di Tokyo, ia pernah berkunjung ke Tahta suci di Vatikan. Selain berjumpa Paus, Sudjatmoko juga jumpa seorang Kardinal yang mengajaknya berbicara banyak mengenai keadaan di Indonesia.

Sudjatmoko merasa surprise bahwa Kardinal itu tahu banyak tentang politik di Indonesia. Tidak lama setelah pulang ke Indonesia sebagai pensiunan rektor Universitas PBB, pimpinan harian Kompas mengirimkan orang kepada Sudjatmoko untuk meyakinkannya agar tidak usah cemas masalah finansial. Kalalu ada apa-apa Kompas bersedia membantu. Dari tawaran simpatik Kompas itulah Sudjatmoko yakin adanya kontrol Black Pope terhadap kegiatan katolik di Indonesia.

Kembali kepada Beek, yang makin memperkukuh posisi kader Beek di mata tentara adalah sikap mereka yang didasarkan oleh kebijakan yang digariskan oleh Beek. Kebijakan itu dikenal sebagai Lesser evil theory (teori setan kecil).

Setelah komunis dihancurkan olehtentara, Beek melihat ada dua ancaman (setan) yang dihadapi kaum Katolik di Indonesia. Kedua ancaman sama-sama berwarna hijau. Islam dan tentara. Tapi Beek yakin, tentara adalah ancaman yang lebih kecil (Lesser evil) dibanding Islam yang dilihatnya sebagai setan besar. Berdasarkan pikiran itulah maka perintah Beek kepada kader-kadernya adalah rangkul tentara dan gunakan mereka untuk menindas Islam.

Kebetulan sekali setelah Gestapu, pihak Islam (terutama mantan Masyumi) dianggap meminta terlalu banyak imbalan jasa dari partisipasinya dalam penumpasan Gestapu. Padahal Suharto dan pimpinan ABRI lainnya sudah berkeputusan untuk mengelola sendiri negara dan tidak akan berbagi kekuasaan dengan siapa pun, apalagi dengan kekuatan Islam. Ketegangan Islam lawan tentara inilah yang melicinkan dipraktekkannya doktrin Lesser evil Pater Beek tersebut.

Kebetulan lain adalah adanya Ali Murtopo dan Sudjono Humardani. Kedua orang ini mempunyai sejumlah persamaan meski ada perbedaan mendasarnya. Sudjono dan Ali sama-sama ingin mengabdi kepada Suharto.

Tapi Ali Murtopo punya rencana jangka panjang untuk berkuasa (I will be the next president, kata Murtopo kepada wartawan Tempo, Tuty Kakiailatu, pada masa kampanye Pemilu 1971) sedang Humardani adalah orang Solo yang sudah bahagia jika bisa menjadi abdi dalem yang baik. Ambisi Ali Murtopo inilah yang dimanfaatkan oleh kader-kader Pater Beek tersebut.

Banyak orang yang tidak percaya kalau Ali Murtopo (keluarga santri dari pesisir Jawa dan bekas hisbullah di jaman revolusi) bisa menjadi orang yang sangat anti Islam dan berjasa besar dalam menindas orang Islam di awal Orde Baru.

Orang cenderung lupa adalah bahwa Ali Murtopo punya rencana berkuasa, oleh karena itu semua yang merintanginya untuk mencapai tujuannya haruslah ditebas habis. Musuhnya bukan cuma Islam, tapi juga Perwira-perwira ABRI yang dianggapnya sebagai perintang, seperti H.R. Dharsono, Kemal Idris, Sarwo Edhi Wibowo dan Soemitro (Pangkopkamtib). Almarhum Dharsono (Pak Ton) difitnahnya berkonspirasi dengan orang-orang PSI untuk menciptakan sistem politik baru untuk menyingkirkan Suharto. Kemal Idris dituduhnya berambisi jadi Presiden. Sedang Sarwo Edhy difitnahnya merencanakan usaha menajibkan (menendang ke atas) Suharto.

Kader-kader Beek yang kemudian mendirikan CSIS dan waktu itu masih berkumpul dalam Opsus tahu betul mengenai ini, dan mereka ikut membantu Ali Murtopo mencapai ambisi berkuasanya.

Pada tahun 1974 terjadi Malari di Jakarta. Orang-orang Opsus yang berada dibalik kerusuhan dan pembakaran-pembakaran merasa dengan itu bisa menghabisi lawan mereka yang dipimpin Soemitro. Kemudian terbukti memang Soemitro yang kurang canggih berpolitik itu berakhir karir militernya dengan cara yang sangat mengenaskan. Namun yang menang juga bukan Ali Murtopo. Suharto ternyata jauh lebih pintar dari Ali dan Soemitro. Kedua Jenderal yang berambisi itu dalam waktu singkat habis peranan politiknya.

Selama Ali masih menjadi orang penting di sekitar Suharto, salah seorang kadernya disimpannya di Korea Selatan sebagai Konjen. Itulah LB. Murdani. Sudah sejak di Kostrad pada jaman konfrontasi dengan Malaysia, para senior di Kostrad kabarnya sudah melihat tanda-tanda adanya rivalitas diam-diam antara Ali dan Murdani. Banyak yang menduga perbedaan mereka pada gaya. Ali suka pamer kekuasaan, sedang Murdani penuh kerahasiaan dan misteri. Persamaan mereka adalah semua haus kekuasaan. Tapi dalam ingin berkuasa ini juga ada perbedaan. Ali ingin menjadi orang yang berkuasa, sementara Murdani hanya ingin menjadi orang yang mengendalikan orang yang berkuasa.

Tapi setelah terjadi Malari. Ali Murtopo tidak bisa lagi menghalangi Murdani untuk tampil ke depan. Sejak itulah bintang Murdani mulai menanjak. Murdani boleh berbeda style dengan Ali, tapi karena sama-sama ingin berkuasa, keduanya perlu tanki pemikir. Maka CSIS yang mulai cemas karena merosotnya posisi dan peran Ali Murtopo pada masa paska Malari, berjaya lagi oleh naiknya Murdani.

Berlainan dengan Ali Murtopo yang ditakutkan bisa merupakan ancaman bagi CSIS kelak ketika berkuasa (ingat Suharto yang berbalik kepada Islam setelah menindasnya dahulu?) Murdani adalah orang katolik yang kebetulan secara pribadi sangat benci kepada Islam. Karena itu lancar saja kerjasama Murdani dengan CSIS. Sebagai orang katolik ekstrem kanan Murdani di CSIS merasa di rumah sendiri. Itulah sebabnya mengapa Moerdani sekarang dengan tenang bisa berkantor di CSIS (menggunakan bekas kantor Ali Murtopo).

Dipanggil pulang dan diberi bintang dan kuasa oleh Suharto setelah hampir terlupakan di Korea Selatan dan (sebelumnya) Kuala Lumpur, Murdani sangat berterima kasih kepada Suharto. Merasa telah mengutangi budi kepada Murdani, Suharto merasa dengan aman bisa menyuruh Murdani berbuat apa saja tanpa harus takut dikhianati. Memang Murdani menjadi “herder” Suharto yang menggigit siapa saja yang dianggap Murdani membahayakan Suharto. Maka Suharto makin percayalah kepada Murdani.

Kepercayaan yang besar itulah kemudian yang menjadi modal bagi ambisi lama Murdani untuk menjadi King Maker. Kepada seorang perwira Kopassus di akhir tahun 1980-an Murdani katanya pernah berseloroh: “Buat apa jadi orang berkuasa jika bisa dengan tanpa resiko kita mengontrol orang yang berkuasa”. Memang itulah yang digeluti Murdani di belakang Suharto. Keberhasilan Murdani dan Sudomo membesar-besarkan bahaya Petisi 50 (AH. Nasution hampir ditangkapMurdani, tapi dicegah oleh TB. Simatupang) berhasil mengecoh Suharto untuk mengeluarkan sebuah surat pamungkas yang memberi kuasa lebih besar lagi kepada Murdani. Dengan kekuasaan amat besar dari Suharto itulah ia dengan gampang dan cepat bisa membangun kerajaan dan operasi intelnya (BAIS).

Menurut Wismoyo Arismunandar (mantan Kasad), orang yang mula-mula dan dari awal punya firasat buruk terhadap Murdani adalah Ibu Tien Suharto. Tapi karena Suharto sangat koppeg dan merasa paling tahu sendiri, baru pada tahun 1988 Murdani berhasil disingkirkan. Tapi sebelum meninggalkantahta kekuasaannya, Murdani sudah berhasil menciptakan beberapa calon raja yang menurut rencana akan dikontrolnya kelak. Salah seorang di antaranya adalah Try Sutrisno. Begitu patuh Try Sutrisno kepada Murdani sehingga sebagai kepala BAIS, Try Sutrisno di Mabes ABRI adalah staf yang dulu diangkat, dipercaya, dan pernah dipakai oleh Murdani sebagai Pangab.

Dalam soal memilih kader, Ali Murtopo dan Murdani sama. Keduanya amat berbeda dengan Pater Beek. Beek memilih pemuda dan mahasiswa Katolik terbaik. Tujuannya adalah agar kader-kader tersebut dengan kecerdasan dan kelihaiannya sanggup mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuan yang diamanatkan Beek. Pater Beek SJ tahu betul bahwa Indonesia ini penduduknya adalah mayoritas Islam, oleh karena itu orang Katolik jangan bermimpi untuk tampil berkuasa. (Murdani sadar akan hal ini, karena itu ia hanya ingin jadi King Maker). Tapi mereka harus mengusahakan agar yang berkuasa adalah orang Islam yang mereka bisa atur. Inilah penjelasan mengapa Try Sutrisno dijagokan oleh Murdani dan untuk itu dipakai orang Islam lain yang bisa diaturnya, yaitu Harsudiono Hartas.

Ali Murtopo dan Murdani memilih bukan orang terbagus yang ada untuk jadi kader, tapi orang-orang yang punya cacat atau kekurangan, (orang yang ketahuan korup, punya skandal, bekas pemberontak, mereka yang ingin kuasa, ingin jabatan, ingin kaya cepat, dan sebagainya). Orang-orang demikian mudah diatur. Perbedaan inilah justru yang menyebabkan Ali Murtopo dan Murdani mudah bekerjasama dengan kader-kader Pater Beek SJ. Lewat tangan Ali Murtopo dan Murdani cita-cita dan rencana Beek SJ pernah berhasil dijalankan dengan saksama. Meski tragis, tapi inilah yang penjelasannya mengapa yang melaksanakan kebijakan anti Islam (lewat tangan Ali Murtopo dan Murdani) kebanyakan adalah orang-orang Islam yang tidak sadar diperalat oleh Ali Murtopo dan Murdani untuk ambisi mereka masing-masing.