Eeng Iing Eeng... Ada yang sudah melakukan casting secara diam diam tuk mencari pemeran Habib Rizieq Shihab KW untuk pembuatan video mesum
Rabu kemarin (31 Mei 2017), kami diberitahukan beberapa informasi salah satunya adalah pembuatan video mesum (porno) adegan ranjang antara HRS dan FH
Pembuatan video mesum tersebut akan memakai pemeran yg dibuat semirip mungkin dengan Habib Rizieq Shihab. Pembusukan massif dan sistematis.
Video ini disponsori langsung oleh konsorsium sembilan naga dengan tim produksi nya adalah operasi intelejen resmi.
Bocornya informasi ini karena sampai melibatkan pemeran dari aktor KW dari luar negeri dan menggunakan kecanggihan teknologi.
Yang kami tahu, ada gesekan akibat prbedaan pandangn serta agenda antara badan intelejen di kalibata dgn di Pejaten. Maka informasi ini bocor.
Video ini akan menjadi bukti tambahan yang menguatkan tentang chat mesum yang masih diragukan oleh banyak pihak keasliannya.
Sumber: Twitter @Ronin1948
Minggu, 04 Juni 2017
Minggu, 19 Februari 2017
Akal berada dibelakang lidah
Pilkada DKI 2017 mencatat fenomena baru. Bangkitnya partisipasi dan soliditas pemilih dari etnis Cina. Selama ini, etnis Cina dianggap sangat apolitis dan cenderung abai, bahkan menghindar dari urusan politik. Mereka lebih sibuk dan memfokuskan diri pada sektor ekonomi dan perdagangan. Hasilnya kini sangat terasa. Mereka menguasai semua sektor perekonomian, bahkan disebut-sebut segelintir taipan menguasai lebih dari 82 persen perekonomian Indonesia. Buah ketekunan ini sungguh dahsyat.
Di masa lalu, bukan fenomena mengagetkan bila dalam Pilkada atau Pilpres, etnis Cina memilih berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Tak mengherankan bila tingkat partisipasi mereka sangat rendah. Saat menjelang Pilkada dan Pilpres memang boleh disebut masa "susah" bagi etnis Cina yang dikenal sebagai pedagang yang ulet dan saudagar kaya. Banyak yang jauh hari sudah "menghilang" ke luar kota.
Sudah bukan rahasia mereka selalu menjadi sapi perah kalangan parpol atau kandidat, terutama incumbent. Di Medan, Sumatera Utara bahkan ada semacam anekdot "Untung Owe gunung. Kalau bukit, Owe sudah rata". Anekdot itu menggambarkan betapa banyaknya pihak yang meminta "jatah preman" kepada mereka.
Nah dalam Pilkada DKI, fenomenanya jauh berbeda. Dari data Exit Poll sejumlah lembaga survei dan juga fakta di sejumlah TPS menunjukkan, tingkat partisipasi dan soliditas mereka sungguh luar biasa. Di kantong-kantong pecinan, seperti Pluit, Jelambar, Kelapa Gading dan sejumlah tempat lainnya di Jakarta, mereka berbondong-bondong antre di TPS-TPS. Di TPS Mall of Indonesia (MOI) Kelapa Gading antrean mereka mengular, bahkan sampai pukul 14.00 WIB. Padahal seharusnya TPS pukul 13.00 Wib sudah tutup.
Mereka juga sangat militan memperjuangkan hak suara mereka. Dengan modal KTP mereka bersedia bersitegang, berteriak-teriak bahkan membentak petugas TPS, untuk dapat memilih. Dalam penghitungan suara, mereka juga melakukan sapu bersih. Suara mereka bulat penuh mendukung paslon nomor 2 Basuki-Djarot. Di beberapa TPS bahkan suara mereka 100% untuk paslon nomor 2. Dahsyat. Demikian pula halnya suara pemilih Kristen/Katholik yang lebih dari 95% lari ke Ahok-Djarot.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, bahkan tak segan mengumbar kekaguman dan apresiasinya. Dahnil menilai Pilkada DKI 2017 sebagai potensi kebangkitan politik mereka. Dahnil tidak melihat itu sebagai sebuah bentuk politik aliran karena mereka solid memilih calon yang seetnis dan seagama.
Fenomena sebaliknya terjadi dengan pemilih muslim. Banyak kalangan muslim yang mengaku dirinya muslim, bahkan mengecam ketika ada yang menyerukan agar memilih sesama pemimpin muslim. Padahal landasannya sangat jelas, yakni kitab suci yang menjadi landasan keimanan umat Islam. Perlu dicatat, yang diserukan selama ini adalah memilih pemimpin SESAMA MUSLIM, BUKAN SESAMA ETNIS. Berbagai label ditempelkan, mulai dari yang ringan, berupa politik aliran, sampai istilah yang sangat keras: dungu, bodoh, terbelakang, radikal, anti-pluralisme dan yang paling serem adalah anti-kebhinekaan, anti-NKRI.
Dalam demokrasi modern, memilih berdasarkan etnis, agama dan kedekatan-kedekatan lain, adalah soal biasa. Di Amerika selama ratusan tahun bahkan dikenal sebuah istilah White, Anglo Saxon, and Protestant (WASP). Muncul semacam kesepakatan bahwa yang boleh dan bisa menjadi Presiden Amerika Serikat haruslah seorang kulit putih, dari negara Anglo Saxon ( British) dan beragama Protestan. Butuh ratusan tahun untuk dapat menerima seorang Katholik (Presiden ke- 35 John F Kennedy) dan kemudian kulit hitam (Presiden ke-44 Barack Obama) untuk menjadi Presiden. Bagaimana dengan muslim?
Jadi seharusnya sangat wajar sebagai mayoritas secara populasi, pemilih Islam juga menghendaki dan memilih pemimpin Islam. Begitu pula sangat wajar bila etnis Cina maupun non-muslim menghendaki dan menginginkan pemimpin yang berasal dari kelompok dan sesama mereka. Mereka boleh saja bercita-cita menjadi gubernur bahkan presiden Indonesia.
Tidak perlu ada label rasis, sektarian bahkan radikal. Namanya usaha, kok disalah-salahkan, digoblok-goblokkan. Dalam sosiologi fenomena itu disebut sebagai In-Group feeling. Yakni sebuah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dalam satu kelompok. Masalahnya bagaimana cara dalam meraih kekuasaan itu dan untuk apa kekuasaan itu sendiri.
Dalam sejarah dunia, kekuasaan yang dipegang oleh pemimpin muslim, terbukti sangat mengayomi para pemeluk agama lain dalam kehidupan politik, keagamaan dan sosialnya. Sangat banyak contoh soal ini. Mulai ketika Nabi Muhammad memimpin pemerintahan di Madinah, dinasti Abbasiyah di Andalusia, Usmaniah dan tentu saja jangan lupa apa yang terjadi dalam sepanjang sejarah Republik Indonesia. Walupun bukan negara Islam, tapi pemimpin dan mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. Kehidupan beragama di Indonesia sering disebut sebagai sebuah contoh bagi dunia.
Cerita sebaliknya justru terjadi di negara-negara dimana Muslim menjadi minoritas. Contoh paling aktual adalah apa yang terjadi dengan komunitas Rohingya di Myanmar. Mereka diperlakukan layaknya bukan manusia, hanya karena alasan etnis dan agama yang berbeda dengan mayoritas warga dan penguasa.
Jadi bagi anda yang Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghuchu, atau etnis Cina, Jawa, Sunda maupun Papua, silakan anda memilih berdasarkan kesamaan agama atau etnis. Tak perlu khawatir dicap dungu, bodoh, tak beradab, apalagi bertentangan dengan konstitusi dan demokrasi.
Hanya orang "dungu dan bodoh" ---maaf saya terpaksa meminjam istilah yang sering dipakai mereka--- apalagi kalau dia juga seorang muslim, yang menilai bahwa memilih sesama muslim sebagai pemimpin sebagai tindakan dungu, bodoh dan terbelakang. Berpikir seperti itu dalam bahasa santun dapat di sebut 'akalnya berada di belakang lidah'.
Di masa lalu, bukan fenomena mengagetkan bila dalam Pilkada atau Pilpres, etnis Cina memilih berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Tak mengherankan bila tingkat partisipasi mereka sangat rendah. Saat menjelang Pilkada dan Pilpres memang boleh disebut masa "susah" bagi etnis Cina yang dikenal sebagai pedagang yang ulet dan saudagar kaya. Banyak yang jauh hari sudah "menghilang" ke luar kota.
Sudah bukan rahasia mereka selalu menjadi sapi perah kalangan parpol atau kandidat, terutama incumbent. Di Medan, Sumatera Utara bahkan ada semacam anekdot "Untung Owe gunung. Kalau bukit, Owe sudah rata". Anekdot itu menggambarkan betapa banyaknya pihak yang meminta "jatah preman" kepada mereka.
Nah dalam Pilkada DKI, fenomenanya jauh berbeda. Dari data Exit Poll sejumlah lembaga survei dan juga fakta di sejumlah TPS menunjukkan, tingkat partisipasi dan soliditas mereka sungguh luar biasa. Di kantong-kantong pecinan, seperti Pluit, Jelambar, Kelapa Gading dan sejumlah tempat lainnya di Jakarta, mereka berbondong-bondong antre di TPS-TPS. Di TPS Mall of Indonesia (MOI) Kelapa Gading antrean mereka mengular, bahkan sampai pukul 14.00 WIB. Padahal seharusnya TPS pukul 13.00 Wib sudah tutup.
Mereka juga sangat militan memperjuangkan hak suara mereka. Dengan modal KTP mereka bersedia bersitegang, berteriak-teriak bahkan membentak petugas TPS, untuk dapat memilih. Dalam penghitungan suara, mereka juga melakukan sapu bersih. Suara mereka bulat penuh mendukung paslon nomor 2 Basuki-Djarot. Di beberapa TPS bahkan suara mereka 100% untuk paslon nomor 2. Dahsyat. Demikian pula halnya suara pemilih Kristen/Katholik yang lebih dari 95% lari ke Ahok-Djarot.
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, bahkan tak segan mengumbar kekaguman dan apresiasinya. Dahnil menilai Pilkada DKI 2017 sebagai potensi kebangkitan politik mereka. Dahnil tidak melihat itu sebagai sebuah bentuk politik aliran karena mereka solid memilih calon yang seetnis dan seagama.
Fenomena sebaliknya terjadi dengan pemilih muslim. Banyak kalangan muslim yang mengaku dirinya muslim, bahkan mengecam ketika ada yang menyerukan agar memilih sesama pemimpin muslim. Padahal landasannya sangat jelas, yakni kitab suci yang menjadi landasan keimanan umat Islam. Perlu dicatat, yang diserukan selama ini adalah memilih pemimpin SESAMA MUSLIM, BUKAN SESAMA ETNIS. Berbagai label ditempelkan, mulai dari yang ringan, berupa politik aliran, sampai istilah yang sangat keras: dungu, bodoh, terbelakang, radikal, anti-pluralisme dan yang paling serem adalah anti-kebhinekaan, anti-NKRI.
Dalam demokrasi modern, memilih berdasarkan etnis, agama dan kedekatan-kedekatan lain, adalah soal biasa. Di Amerika selama ratusan tahun bahkan dikenal sebuah istilah White, Anglo Saxon, and Protestant (WASP). Muncul semacam kesepakatan bahwa yang boleh dan bisa menjadi Presiden Amerika Serikat haruslah seorang kulit putih, dari negara Anglo Saxon ( British) dan beragama Protestan. Butuh ratusan tahun untuk dapat menerima seorang Katholik (Presiden ke- 35 John F Kennedy) dan kemudian kulit hitam (Presiden ke-44 Barack Obama) untuk menjadi Presiden. Bagaimana dengan muslim?
Jadi seharusnya sangat wajar sebagai mayoritas secara populasi, pemilih Islam juga menghendaki dan memilih pemimpin Islam. Begitu pula sangat wajar bila etnis Cina maupun non-muslim menghendaki dan menginginkan pemimpin yang berasal dari kelompok dan sesama mereka. Mereka boleh saja bercita-cita menjadi gubernur bahkan presiden Indonesia.
Tidak perlu ada label rasis, sektarian bahkan radikal. Namanya usaha, kok disalah-salahkan, digoblok-goblokkan. Dalam sosiologi fenomena itu disebut sebagai In-Group feeling. Yakni sebuah kelompok sosial yang individu-individunya mengidentifikasikan dirinya dalam satu kelompok. Masalahnya bagaimana cara dalam meraih kekuasaan itu dan untuk apa kekuasaan itu sendiri.
Dalam sejarah dunia, kekuasaan yang dipegang oleh pemimpin muslim, terbukti sangat mengayomi para pemeluk agama lain dalam kehidupan politik, keagamaan dan sosialnya. Sangat banyak contoh soal ini. Mulai ketika Nabi Muhammad memimpin pemerintahan di Madinah, dinasti Abbasiyah di Andalusia, Usmaniah dan tentu saja jangan lupa apa yang terjadi dalam sepanjang sejarah Republik Indonesia. Walupun bukan negara Islam, tapi pemimpin dan mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam. Kehidupan beragama di Indonesia sering disebut sebagai sebuah contoh bagi dunia.
Cerita sebaliknya justru terjadi di negara-negara dimana Muslim menjadi minoritas. Contoh paling aktual adalah apa yang terjadi dengan komunitas Rohingya di Myanmar. Mereka diperlakukan layaknya bukan manusia, hanya karena alasan etnis dan agama yang berbeda dengan mayoritas warga dan penguasa.
Jadi bagi anda yang Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghuchu, atau etnis Cina, Jawa, Sunda maupun Papua, silakan anda memilih berdasarkan kesamaan agama atau etnis. Tak perlu khawatir dicap dungu, bodoh, tak beradab, apalagi bertentangan dengan konstitusi dan demokrasi.
Hanya orang "dungu dan bodoh" ---maaf saya terpaksa meminjam istilah yang sering dipakai mereka--- apalagi kalau dia juga seorang muslim, yang menilai bahwa memilih sesama muslim sebagai pemimpin sebagai tindakan dungu, bodoh dan terbelakang. Berpikir seperti itu dalam bahasa santun dapat di sebut 'akalnya berada di belakang lidah'.
Renungan Buat Kaum Pribumi indonesia
Iwan mahasiswa UI, bercerita. Suatu hari ia jalan-jalan ke Singapura. Ia kagum dengan kemajuan, sistem, keteraturan dan kebersihan Singapura. Di sebuah masjid, seusai sholat Dhuhur ia bertemu dengan Rauf, warga muslim melayu asli Singapura.
Iwan berkata: Rauf, Anda pasti puas dan gembira dengan kemajuan Singapura. Semua tempatnya bersih, alat transportasi teratur dan maju. Saya dengar pelabuhan Anda bahkan termasuk yang paling sibuk di Dunia, baik laut maupun udara. Sekarang ini, ekonomi Singapura paling maju di Asia Tenggara.
Rauf menjawab: Saya ini muslim Melayu. Kemajuan Singapura dengan yang sudah disebutkan memang benar. Tapi bukan kami yang menikmatinya. Sekarang Singapura buat kami seperti negara baru dan kami orang asing.
warga-miskin-singapuraKami tergeser, sekarang tinggal di pinggir-pinggir kota, juga mengontrak karena tak sanggup membeli rumah atau apartemen. Untuk itu saja kami harus bekerja keras. Biaya hidup di sini sangat tinggi, tak sempat kami jalan-jalan menikmati kota. Kalian lihat, ada berapa gelintir Melayu jalan-jalan di mall atau tempat rekreasi? Hampir tak ada.
Dulu Singapura kota yang sederhana, tapi kami jadi muslim yang lebih bebas dan bahagia. Sekarang, jangan lagi suara mengaji, suara adzan tak ada, kecuali di dalam masjid. Jumlah masjid juga sangat sedikit. Di kota hampir tak ada, di mall-mall juga hampir tak sedia tempat sholat.
Dulu kami bebas makan di mana suka. Sekarang, makanan halal susah dicari kecuali di kampung-kampung kita saja. Ke kota, kami bawa bekal, karena kalau tidak mestilah puasa, hampir semua makanan kita lihat tak halal.
Bahasa Melayu pun tak lagi dipakai, Semua orang cakap Inggris dan Mandarin.
Negeri kami sekarang ibarat diambil orang.
Iwan tercengang, tidak pernah ia terpikir hal semacam ini.
Iwan: “Ini negeri kalian, mengapa tak buat perubahan?”
Rauf tersenyum kecut, lanjutnya: Dulu kami bisa, kami mayoritas. Sekarang jumlah kami hanya 20% saja dan terus berkurang. Reklamasi dibikin terus, tapi yang menempati bukan kami, orang baru, orang asing. Apa bisa buat dengan jml sedikit? Ini sudah jadi negara demokrasi, semua ditentukan dengan suara terbanyak.
Yang mengejutkan Iwan adalah kata-kata Rauf terakhir:
“Sepertinya sebentar lagi juga terjadi pada negeri Anda.”
Rabu, 15 Februari 2017
Kelar hidup loe
![]() |
Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani |
Kenal dengan foto ini? Tidak kenal juga tidak apa. Sy juga tidak kenal. Terpisah jauh jarak dan waktu kita dengan beliau. Nama beliau adalah 'Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani'. Lahir di Serang tahun 1813 M, saat Belanda masih menjajah Indonesia. Otaknya dikenal encer sejak 5 tahun, usia 15 dia sudah naik haji, dan berguru dengan ulama2 mahsyur Arab. Kalau generasi sekarang, 15 masih SMP, beliau sudah jauh sekali merantau mencari ilmu.
Pulang ke Banten, dia menjadi ulama yang gagah berani melawan penjajahan Belanda. Repot sekali penjajah, karena jaman itu persis Pangeran Diponegoro juga sedang perang di tanah Jawa. Mencegah front besar terbuka, Belanda harus membatasi gerak-gerik Al Bantani, ceramahnya dilarang, semua dilarang, diawasi. Jangan sampai Al Bantani jadi Dipenogoro berikutnya. Tahun 1830, di tahun yg sama ketika Pangeran Diponegoro dijebak Belanda dengan cara licik, melihat situasi, Al Bantani memutuskan kembali ke Mekah.
Apakah dia lari dari melawan penjajahan? TIDAK. Dia justeru memulai episode baru melawan hal tersebut. Dia memutuskan menetap di Mekah, mengajar di sana, menggelorakan semangat kemerdekaan kepada cendekia, muslim Indonesia yang naik haji. Jaman itu sudah banyak penduduk Nusantara yg pergi menunaikan haji, naik kapal.
Wah, wah, itu lebih serius lagi. Menanamkan pemahaman terbaik, semangat kemerdekaan, ke generasi berikutnya, itu sungguh berbahaya. Belanda mengutus Snouck Hourgronje, mematai-mati Al Bantani di Mekah. Si mata2 yg justeru terpesona melihat ahklak Al Bantani. Dalam beberapa catatan, Snouck memuji Al Bantani.
Nama Al Bantani mahsyur di Arab, dia bahkan diangkat jadi Imam masjidil Haram. Reputasinya hingga Mesir, dan negara2 tetangga. Orang2 tahu, ada ulama Indonesia yang tinggal Mekah, dan dia sedang melawan penjajah Belanda. Bukan beliau yang melawan penjajah secara langsung, tapi saksikanlah murid2nya.
Ngeri melihat daftarnya, karena K.H. Hasyim Asyari (Pendiri Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), adalah salah-dua dari murid2 yg sempat belajar kepada Al Bantani. Menurut cerita (tapi ini perlu divalidasi), K.H. Hasyim Asyari saat mengajar santri-santrinya di Pesantren Tebu Ireng menangis jika membaca kitab fiqih Fath al-Qarîb. Kenangan terhadap gurunya itu amat mendalam di hati K.H. Hasyim Asyari hingga haru tak kuasa ditahannya setiap kali baris Fath al-Qarib ia ajarkan pada santri-santrinya.
Selain Al Bantani, juga ada Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ulama Indonesia yang menjadi non-arab pertama imam masjidil haram. Juga tak terbilang jasa beliau mendidik tokoh2 pejuang kemerdekaan di tanah Mekah. Murid2nya juga buanyak.
Kenanglah Al Bantani (nama ini artinya 'dari Banten), ulama besar yang menulis setidaknya 115 buku, meninggal di tanah Arab tahun, 1897. Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Asma΄ binti Abû Bakar al-Siddîq.
Tidak terhitung murid2nya kemudian, menjadi pejuang kemerdekaan, hidup mati melawan penjajah Belanda. Besar sekali arti ulama2 di tanah Mekah bagi kemerdekaan Indonesia. Kagak ada mereka, (meminjam istilah anak muda kekinian) kelar hidup lu. Mungkin kita semua masih jadi jongos penjajah.
Sumber: Facebook Tere Liye
Selasa, 14 Februari 2017
Seandainya waktu bisa diputar mundur
![]() |
Suriah |
Seandainya waktu bisa diputar mundur.
Kita kembali ke saat Suriah sebelum dipimpin Bashar Assad.
Saat itu Bashar Assad sedang masa kampanye, mengambil hati masyarakat suriah.
Dgn iming2 kesejahteraan dan persamaan hak bagi warga suriah, warga jatuh cinta dgn bashar assad.
Para ulama di suriah diam, tdk persoalkan keyakinan bashar assad syiah sosialis (syiah komunis).. mungkin bagi mereka siapa sj yg jadi presiden, suriah tetap saja begitu.. yg penting negara aman2, bisa makan, bisa cari hidup persetan dgn pemilu, presidennya siapa tdk pusing..
Kalau ada yg sebarkan aib assad soal keyakinan syiahnya dan komunis, maka ditangkis dgn tuduhan provokator penyebar hoax..
Begitu basar assad jadi presiden ternyata janji2nya di ingkari, syiah semakin berkembang..
Rakyat mulai marah karna ulama diintimidasi, beberapa orang diculik..
Makin lama kelakuan syiah komunis makin biadab.. warung muslim ahlusunnah di jarah syiah, wanitanya diperkosa dimasjid.. puncaknya anak laki-laki SMP diculik, mata dicungkil, tulang rusuk patah, kemaluam dipotong.. kemudian mayat dikembalikan ke keluarga dgn kondisi sangat mengenaskan..
Disitulah baru muncul pernyataan ulama yg menyerukan bashar assad berhenti dari kezolimannya atau rakyat paksa assad diganti dari presiden.. bashar juga layak dikudeta karna sdh kafir dan zolim..
Makin kerasa hati si bashar, ulama dibunuh, rakyat di bom.. jutaan muslim meninggal..
Jika waktu diputar mundur sebelum bashar jadi presiden.. Apa yg seharusnya dilakukan muslim suriah ??
Bukankah lebih besar mashlahatnya jika muslim dan ulama di suriah bersatu untuk menggagalkan upaya bashar assad jadi presiden??
Bukankah upaya mencegah bashar asad jadi presiden adalah upaya supaya kedepan tdk perlu ada kudeta, tdk perlu jutaan nyawa melayang ??
Apakah salah jika ulama suriah waktu itu menyerukan umat kembali ke almaidah 51 haramnya pemimpin kafir, sebab keyakinan bashar assad sdh kafir, sehingga bashar assad gagal jadi presiden??
-----
Baik, sekarang kita ke kondisi indonesia sekarang.
Posisi Ahok, bashar assad, muslim suriah dan muslim indonesia sedikit mirip..
Ahok saat ini di dukung Partai Komunis Cina dan syiah..Ahok juga kafir..
Mirip bashar Assad..
Indonesia mayoritas sunni, rakyatnya 80% muslim.. ini mirip kondisi negra suriah..
Apa yg membedakan suriah dgn indonesia?
Kalau suriah mereka merelakan syiah dan kafir berkuasa..
Kalau indonesia tdk mau dikuasai pemimpin kafir..
Maka apa yg dilakukan ulama dan muslim indonesia di GNPF MUI adalah upaya jangka panjang menjaga stabilitas negara, kemanan NKRI, mencegah komunis dan syiah berkembang..
Maka salahkah ulama kita bersatu mengingatkan umat soal almaidah 51??
Jangan kalian tuduh ulama kita pembuat makar, mengganggu stabilitas negara dan provokator yang suka buat gaduh hanya karna mereka mengingatkan umat soal almaidah 51.. Hanya karna ulama kami mendakwahkan agar umat kembali ke Quran dan sunnah dalam memilih pemimpin..
Siapa musuh utama ketika ulama mendakwahkan almaidah 51 haramnya pemimpin kafir?? Sudah pasti kumpulan orang2 kafir, munafiq yang ingin mensukseskan si kafir jadi pemimpin indonesia..
Dakwah itu perlu nyali bung.. karna amar ma'ruf Nahi mungkar itu sama kita cari musuh.. Resikonya dituduh makar, difitnah, dibilang provokator, di bully, dipenjara, dipukul bahkan bisa dibunuh..
Tapi kalau antum takut ya sudah mending diam, tidur dirumah.. tunggu2 syiah-komunis berkuasa dan siap gorok leher ulama.. atau mungkin leher antm juga ikut di gorok..
#saveindonesia #savenkri
Sabtu, 04 Februari 2017
Firaun bisa membangun
![]() |
Firaun bisa membangun |
Kalau ada orang muslim dukung ahox karena katanya ahox bisa membangun, maka sampaikanlah pada dia bahwa firaun bisa membangun mesir menjadi negara gemerlap, penduduknya hidup makmur tapi fir'aun menistakan Agama Allah, maka Allah hancurkan dia.
Kalau ada orang Muslim dukung ahox karena katanya ahox bisa membuat Jakarta menjadi modern, maka sampaikanlah pada dia bahwa namrud bisa membangun Messopotamia menjadi negara yang moderen, bangunan menjulang ke atas dengan teknology canggih saat itu. Hanya namrud menistakan Allah, maka Allah hancurkan dia.
Kalau ada orang Muslim dukung ahox karena katanya ahox bisa menjadikan hidup makmur, maka sampaikanlah pada dia bahwa Bangsa saba' bisa membangun negerinya menjadi negara yang makmur, bebas korupsi. Dan kaum saba' menistakan Agama Allah, maka Allah hancurkan mereka.
Percaya lah orang yang selalu bersama Allah tidak akan pernah kehilangan apa apa,tapi orang yang kehilangan Allah maka ia akan kehilangan segala nya.
Saya tidak benci dengan orang non muslim dan etnis china, tapi Allah dengan firmannya melarang saya untuk memilihnya sebagai pemimpin apalagi jika mereka berani menista agama kami.
Saya tidak ingin berdebat dengan Anda yang mendukung mereka, apalagi jika Anda yang orang islam. Bagaimana saya bisa meyakinkan Anda, sedangkan Firman Allah saja anda tidak yakini dan Anda abaikan.
Sumber: Tulisan Aa Gym
Selasa, 31 Januari 2017
Perampok cerdas
![]() |
Perampok cerdas |
Perampok berteriak kepada semua orang di bank :
” Jangan bergerak! Uang ini semua milik Negara. Hidup Anda adalah milik Anda ..”
Semua orang di bank kemudian tiarap.
Hal ini disebut “Mind changing concept – merubah cara berpikir“.
Semua orang berhasil merubah cara berpikir dari cara yang bisa menjadi cara yang kreatif.
Salah satu nasabah yang sexy mencoba merayu perampok. Tetapi malah membuat perampok marah dan berteriak, ” Yang sopan mbak! Ini perampokan bukan perkosaan!”
Hal ini disebut ” Being professional – bertindak professional“. Fokus hanya pada pekerjaan sesuai prosedur yang diberikan.
Setelah selesai merampok bank dan kembali ke rumah, perampok muda yang lulusan MBA dari universitas terkenal berkata kepada perampok tua yang hanya lulusan SD ” Bang, sekarang kita hitung hasil rampokan kita”.
Perampok tua menjawab. ” Dasar bodoh, Uang yang kita rampok banyak, repot menghitungnya. Kita tunggu saja berita TV, pasti ada berita mengenai jumlah uang yang kita rampok.”
Hal ini disebut “Experience – Pengalaman“. Pengalaman lebih penting daripada selembar kertas dari universitas.
Sementara di bank yang dirampok, si manajer berkata kepada kepala cabangnya untuk segera lapor ke polisi. Tapi kepala cabang berkata, ” Tunggu dulu, kita ambil dulu 10 milliar untuk kita bagi dua. Nanti totalnya kita laporkan sebagai uang yang dirampok.”
Hal ini disebut “Swim with the tide – ikuti arus“. Mengubah situasi yang sulit menjadi keuntungan pribadi.
Kemudian kepala cabangnya berkata,” Alangkah indahnya jika terjadi perampokan tiap bulan.”
Hal ini disebut “Killing boredom – menghilangkan kebosanan“. Kebahagiaan pribadi jauh lebih penting dari pekerjaan Anda.
Keesokan harinya berita di TV melaporkan uang 100 milliar dirampok dari bank. Perampok menghitung uang hasil perampokan dan perampok sangat murka. “Kita susah payah merampok cuma dapat 20 milliar,orang bank tanpa usaha dapat 80 milliar. Lebih enak jadi perampok yang berpendidikan rupanya.”
Hal ini disebut sebagai “Knowledge is worth as much as gold – pengetahuan lebih berharga daripada emas“.
Dan di tempat lain manajer dan kepala cabang bank tersenyum bahagia karena mendapat keuntungan dari perampokan yang dilakukan orang lain.
Hal ini disebut sebagai “seizing opportunity – berani mengambil risiko“.
Selamat mencermati kisah diatas. Meski mengandung humor namun ada point-point yang bisa kita tangkap dari humor bisnis di atas...
Apakah anda bisa melihat, mengapa bangsa ini selalu ada keributan ?
Kisah Perampokan diatas, adalah representing segala sesuatu yg terjadi di Negara ini.
Senin, 30 Januari 2017
Rp 1 Trilyun tidak mempan, penjara menunggu Habib Rizieq
![]() |
Habib Rizieq memimpin aksi bela islam |
Apa yg saya tulis ini bukan hoax, atau katanya, tapi ini langsung disampaikan pada HRS kepada saya dua hari lalu . Tadinya saya tidak akan tulis, karena HRS bilang tunggu sampai Senin.
Jadi ceritanya sebelum aksi 212, HRS diajak bertemu dengan pengusaha satu di antara 9 Naga , pengusaha tersebut meminta HRS mengurungkan aksi 212 dan aksi -aksi lainnya , dan menenangkan umat, untuk tidak menuntut si penista agama, dengan imbalan SATU TRILIUN RUPIAH.
Apa jawaban HRS waktu itu ke si pengusaha ? HRS menolak tegas uang tersebut, sebaliknya HRS minta kaum konglomerat China ini tidak mengaduk -aduk masalah perpolitikan di Indonesia .
"Berdagang sajalah kalian jangan terjun ke politik, kalau kalian terjun ke politik semua akan rusak, termasuk persatuan umat. Kalau kalian tarik diri dari politik maka umat tidak akan bergerak," tutur Habib.
Permintaan HRS agar mereka menarik dari kancah perpolitikan ternyata bukan dilakukan, yg ada kemudian justru berbagai rekayasa dilakukan untuk mengkriminalisasi HRS . Maklum mereka memiliki apa saja untuk membuat merah atau hitam seseorang .
Jangan dikira HRS itu tidak tau dia akan jadi tersangka . " Ya saya bisa kapan saya jadi tersangka, diadili atau dijadikan apa , ya suka -suka pemerintahlah, kan mereka yg punya kuasa," katanya enteng sambil tertawa.
Bahkan malam sebelum menjadi tersangka , HRS juga sudah menyampaikan ke para petinggi di FPI dan kawan -kawannya, bahwa dia ditargetkan sebelum tanggal 11 Februari sudah ditahan, agar aksi besar-besaran 112 BATAL dilakukan .
Siapapun mungkin lupa, ada atau tidak ada HRS umat tetap bergerak, dan bersatu . Kita berjuang bukan karena HRS , kita berjuang karena agama Islam . Lihat saja nanti HRS ..HRS lainnya akan muncul dan memimpin pergerakan umat, hingga pemerintah adil terhadap AGAMA ISLAM. Lihat di Surabaya dan Lombok , tanpa kehadiran HRS, toh puluhan ribu dan ratusan ribu tumpah ruah utk aksi BELA ISLAM.
Allahuakbar ..Allahukabar..Allhuakbar ... (*)
Sumber: Facebook Nanik Sudaryati
Jangan pernah mundur dalam perjuangan
Imam Syafi'i ra. ketika muridnya melapor, di saat banyak orang yang membenci dan menjelekan dirinya. Imam Syafi'i mengatakan: "Jangankan saya, Allah saja yang Maha Mulia difitnah punya anak, itu fitnah paling kejam. Dan Nabi saw yang merupakan makhluk Allah yang paling mulia juga difitnah sebagai tukang sihir.
Jadi kalau Allah saja yang Maha Mulia tidak luput dari caci maki manusia, begitu juga Nabi Muhammad saw tidak luput dari caci maki manusia, bagaimana saya?" kata Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i mengajarkan kita agar tidak usah heran dengan fitnah dalam perjuangan.
Jangan pernah mundur dalam perjuangan, jalan saja terus, sampaikan yang haq walaupun pahit rasanya.
Jadi kalau Allah saja yang Maha Mulia tidak luput dari caci maki manusia, begitu juga Nabi Muhammad saw tidak luput dari caci maki manusia, bagaimana saya?" kata Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i mengajarkan kita agar tidak usah heran dengan fitnah dalam perjuangan.
Jangan pernah mundur dalam perjuangan, jalan saja terus, sampaikan yang haq walaupun pahit rasanya.
Antasari ternyata
![]() |
Antasari Azhar berfoto bersama Ahok |
Akhirnya gatal juga saya untuk nulis. Antasari ini sebetulnya sudah lama tidak dalam bui. Dia sudah mendapat status bebas bersyarat. Dia sudah lama di luar tahanan, bahkan bisa bekerja. Hanya absen -absen saja ke tahanan.
Saya kemudian menjadi heran saat dia mendapatkan grasi. Terlintas dalam benak saya, lha sudah bebas kok minta grasi dan grasinya dikabulkan presiden. Ternyata permainan mulai terlihat jelas, saat dia datang ke istana. Rasanya dalam sejarah Indonesia (maaf kelau sy terlewat) seorang terpidana yg peroleh grasi hampir tidak pernah ada yg diundang ke istana.
Permainan makin jelas , manakala Antasari datang ke debat Cagub DKI dan duduk di deretan kursi nomer 2. Padahal untuk yg ikut debat satu kandidat dibatasi hanya boleh bawa undangan masuk 100 orang, biasanya jatahnya orang partai dan Timses.
Lalu semalam saya dengar dari seorang teman yg kenal Antasari, bahwa saat pertemuan di istana , Presiden kabarnya setuju dibuka kembali kasus "SMS MAUT" yg membuat Antasari dibui.
Semua ini untuk apa? Mau meluruskan hukum? Kenapa kalau untuk meluruskan hukum tidak sejak rezim ini berganti dibongkar? Maka orang pun lantas berasumsi , bahwa SBY akan ditembak lewat Antasari .
Saya cuman mau sampaikan , kalian ini cuman sibuk saling menghantam demi untuk kekuasaan, tapi tidak berfikir bagaimana rakyat sekarang kelaparan , bagaimana pengangguran merajalela , bagaimana harga-harga makin tidak terkendali ...
Buat siapapun jangan tanggung-tanggung kalau mau pakai Antasari, jangan hanya untuk membongkar Century yg melibatkan SBY, JK , dan SM, ayo bongkar juga kasus BLBI juga itu mega sandal bank yg jauh lebih besar dari Century.
Sumber: Facebook Nanik Sudaryati
Minggu, 29 Januari 2017
Sepenggal sejarah PKI
Tgl 31 Oktober;1948 : Muso di Eksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH.Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
Akhir November 1948 : Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil di Bunuh atau di Tangkap, dan Seluruh Daerah yg semula di Kuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lain'y.
Tgl 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
Tahun 1949 : PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dgn disaksikan puluhan ribu masyarakat yg datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yg semua'y berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
Tgl 6 Agustus 1951 :
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yg ada.
Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yg sepenuh'y mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
Tgl 8-11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasi'y, tapi ditolak oleh Soekarno.
Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dgn PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.
Tgl 15 Februari 1958 :
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontak kan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yg didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dgn demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
Tgl 17 Agustus 1960 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dgn dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
Medio Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dgn keanggotaan mencapai 2 Juta orang.
Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
Bulan April 1962 : Kongres PKI.
Tahun 1963 : PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dgn Malaysia, dan mengusulkan dibentuk'y Angkatan Kelima yg terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.
Tgl 10 Juli 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
Tahun 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH.Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH.Isa Anshari, KH.Mukhtar Ghazali, KH.EZ.Muttaqien, KH.Soleh Iskandar, KH.Ghazali Sahlan dan KH.Dalari Umar.
Bulan Desember 1964 :
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yg didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
Tgl 6 Januari 1965 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.
Tgl 13 Januari 1965 : Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanita'y, dan jg merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injak'y.
Awal Tahun 1965 : PKI dgn 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
Tgl 14 Mei 1965 : Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
Bulan Juli 1965 : PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dgn dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.
Tgl 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
Tgl 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
Tgl 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut jg GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayat'y ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT.Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. PKI jg menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yg sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr.J.Leimena yg bersebelahan dgn Rumah Jenderal AH.Nasution. PKI jg menembak Putri Bungsu Jenderal AH.Nasution yg baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yg berusaha menjadi Perisai Ayahanda'y dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhir'y wafat pd tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain : Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief. Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi. Angkatan Udara : Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono. Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
Tgl 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta jg Membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuk'y DEWAN REVOLUSI baru yg telah mengambil Alih Kekuasaan.
Tgl 2 Oktober 1965 : Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.
Tgl 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
Tgl 13 Oktober 1965 : Ormas Anshar NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.
Tgl 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshar Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshar Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshar Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yg menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazah'y dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshar yg dibantai, dan ad beberapa pemuda yg selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
Tgl 19 Oktober 1965 : Anshar NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
Tgl 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.
Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
Tgl 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yg memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.
Tgl 12 Maret 1965 : Soeharto melarang secara resmi PKI. Bulan April 1965 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
Tgl 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidato'y di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tdk ada partai yg Pengorbanan'y terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”
Tgl 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH.Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pd tahun 1967.
Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.
Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.
Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI. Dari tahun 1968 s/d 1998 Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasi'y dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015 Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yg dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisan'y yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yg sangat panjang, dan jgn biarkan mereka menambah lg daftar kekejaman'y di negeri tercinta ini..
AKANKAH SEJARAH TERULANG PKI MEMINTA MUI, FPI DIBUBARKAN?
Akhir November 1948 : Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil di Bunuh atau di Tangkap, dan Seluruh Daerah yg semula di Kuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lain'y.
Tgl 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
Tahun 1949 : PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dgn disaksikan puluhan ribu masyarakat yg datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yg semua'y berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
Tgl 6 Agustus 1951 :
Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yg ada.
Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yg sepenuh'y mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
Tgl 8-11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasi'y, tapi ditolak oleh Soekarno.
Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dgn PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.
Tgl 15 Februari 1958 :
Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontak kan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yg didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dgn demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
Tgl 17 Agustus 1960 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dgn dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
Medio Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dgn keanggotaan mencapai 2 Juta orang.
Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
Bulan April 1962 : Kongres PKI.
Tahun 1963 : PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dgn Malaysia, dan mengusulkan dibentuk'y Angkatan Kelima yg terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.
Tgl 10 Juli 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
Tahun 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH.Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH.Isa Anshari, KH.Mukhtar Ghazali, KH.EZ.Muttaqien, KH.Soleh Iskandar, KH.Ghazali Sahlan dan KH.Dalari Umar.
Bulan Desember 1964 :
Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yg didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
Tgl 6 Januari 1965 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.
Tgl 13 Januari 1965 : Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanita'y, dan jg merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injak'y.
Awal Tahun 1965 : PKI dgn 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
Tgl 14 Mei 1965 : Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
Bulan Juli 1965 : PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dgn dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.
Tgl 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
Tgl 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
Tgl 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut jg GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayat'y ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT.Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo. PKI jg menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yg sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr.J.Leimena yg bersebelahan dgn Rumah Jenderal AH.Nasution. PKI jg menembak Putri Bungsu Jenderal AH.Nasution yg baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yg berusaha menjadi Perisai Ayahanda'y dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhir'y wafat pd tanggal 6 Oktober 1965.
G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain : Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief. Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi. Angkatan Udara : Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono. Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
Tgl 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta jg Membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuk'y DEWAN REVOLUSI baru yg telah mengambil Alih Kekuasaan.
Tgl 2 Oktober 1965 : Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.
Tgl 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
Tgl 13 Oktober 1965 : Ormas Anshar NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.
Tgl 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshar Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshar Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshar Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yg menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazah'y dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshar yg dibantai, dan ad beberapa pemuda yg selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
Tgl 19 Oktober 1965 : Anshar NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
Tgl 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.
Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.
Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
Tgl 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yg memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.
Tgl 12 Maret 1965 : Soeharto melarang secara resmi PKI. Bulan April 1965 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
Tgl 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidato'y di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tdk ada partai yg Pengorbanan'y terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”
Tgl 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH.Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pd tahun 1967.
Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.
Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.
Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI. Dari tahun 1968 s/d 1998 Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasi'y dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015 Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yg dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisan'y yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yg sangat panjang, dan jgn biarkan mereka menambah lg daftar kekejaman'y di negeri tercinta ini..
AKANKAH SEJARAH TERULANG PKI MEMINTA MUI, FPI DIBUBARKAN?
Pak Guru
![]() |
Jenderal Sudirman |
Jenderal yang satu ini, ‘merajai’ seluruh kota-kota di Indonesia. Tengok nama jalan paling besar, paling penting di kota-kota Indonesia? Dua pertiga dari itu diberikan nama ‘Jalan Jenderal Sudirman’. Namanya mahsyur dari ujung ke ujung. Seorang pahlawan yang hidup mati berperang melawan penjajah Belanda.
Soedirman kecil adalah anak yang taat agama dan senantiasa menegakkan shalat. Dia dipercaya untuk mengumandangkan adzan dan iqamat. Ilmu agamanya mendalam, bahkan teman2nya pun sering memanggil beliau ‘Haji’--padahal dia belum naik haji. Dia aktif dalam kepanduan Hizbhul Wathan Muhammadiyah. Dia juga pernah jadi guru di sekolah Muhammadiyah, sebelum masuk militer.
Wah, tak disangka, ‘Pak Guru’ Soedirman, besok lusa memimpin perang gerilya melawan Belanda. Di kamusnya, tidak ada kata ‘mengalah’ pada penjajah. Jenderal Soedirman dikukuhkan sebagai panglima besar TKR pada tanggal 18 Desember 1945. Usianya baru 29 tahun saat itu.
Adalah Jenderal Soedirman yang mengirim Nasution untuk menumpas pengkhianatan Muso (pemberontakan komunis tahun 1948). Repot sekali memang jaman itu, kita masih menghadapi Belanda, eh, ada yang menikam dari belakang. Bukannya bahu-membahu melawan penjajah, malah berkhianat. Beres urusan komunis, Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militernya, hendak menguasai kembali sepenuhnya Indonesia.
Sejak saat itu, tidak terima dengan ultimatum penjajah, Jenderal Soedirman melancarkan perang gerilya yang akan terus dikenang. Dalam kondisi sakit TBC, dia keluar masuk hutan, melawan serdadu Belanda. Bahu-membahu bersama rakyat, tentara, santri, perlawanan terus dilakukan. Kalian bisa membaca kisah ini lebih lengkap di buku2 sejarah.
Jenderal Soedirman wafat di usia yang sangat muda. 1950. Setelah Belanda mengakui eksistensi Indonesia. Beliau wafat di usia 34 tahun. Tapi jasa2nya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak terbilang. Anak muda yang rajin mengikuti pengajian itu --para sesepuh kampung Kauman Yogyakarta menyaksikannya, wafat dengan diantar ribuan warga. Ada banyak catatan yang menunjukkan, betapa kader Muhammadiyah yg satu ini, rajin mengutip Al Qur’an ketika menggelorakan semangat perlawanan pasukannya. Bagi ‘Pak Guru’ Soedirman: “Hidup mulia atau mati syahid”. Berdiri di depan dia, memimpin perlawanan, meneriakkan takbir ke udara.
Kenanglah kejadian ini, Kawan: Tahun 1946, ‘Pak Guru’ Soedirman mengunjungi laskar Hisbullah-Sabilillah Surakarta yang sedang mempersiapkan kembali maju ke medan perang. Saat diadakan pertemuan di Surakarta, Pak Guru Sudirman mengawali kata sambutannya dengan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, Ash-Shaf ayat 10-12 yang kemudian diterjemahkannya sendiri, ‘Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang akan menyelamatkanmu dari siksa yang pedih. Yaitu, kamu yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu... dstnya...”
Sekali lagi, inilah bukti tak terbantahkan bahwa teriakan takbir, ajaran agama Islam, tidak dipenuhi kebencian. Itu bukan teriakan teroris. Kalimat tauhid bukan ajaran penjahat. Bacalah sejarah bangsa ini, kita akan mengetahui, itu adalah pengobar semangat tiada tara melawan penjajahan. Jangan sampai, kita malah risih, ilfil, kesal, aneh, terasing saat takbir diteriakkan. Karena itulah yang diteriakkan oleh sebagian para pejuang kemerdekaan dulu. Tanpa mereka, boleh jadi kita tidak akan menikmati semua kemudahan, kenyamanan hari ini.
Sumber: Facebook Tere Liye
Sepenggal cerita Buya Hamka
Presiden pertama, founding father-nya negara inipun pernah menyerang seorang ulama besar.
Dianggap melawan pemerintah (yang menurut saya sebenarnya pemerintah waktu itu tak ingin mendapat kritikan yang cerdas), M. Yamin dan Soekarno berkolaborasi menjatuhkan wibawa Buya Hamka melalui headline beberapa media cetak yang diasuh oleh Pramoedya Ananta Toer.
Berbulan-bulan Pramoedya menyerang Buya Hamka secara bertubi-tubi melalui tulisan di koran (media yang paling tren saat itu), Allahuakbar! sedikitpun Buya Hamka tak gentar, fokus Buya tak teralihkan, beliau terlalu mencintai Allah dan saudara muslimya, sehingga serangan yang mencoba untuk menyudutkan dirinya tak beliau hiraukan, Buya Hamka yakin jika kita menolong agama Allah, maka Allah pasti menolong kita. Pasti!
Oh! Buya Hamka terlalu kuat dan tak bisa dijatuhkan dengan serangan pembunuhan karakter melalui media cetak yang diasuh oleh Pram, tak sungkan-sungkan lagi, Soekarno langsung menjebloskan ulama besar tersebut ke penjara tanpa melewati persidangan.
Seperti doa nabi Yusuf as. ketika dipenjara: Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf, 33)
Yah! Saat itu penjara jauh lebih baik bagi Buya Hamka, jauh lebih baik daripada menyerahkan kepatuhannya terhadap Allah kepada orang-orang yang hanya mengejar dunia.
2 tahun 4 bulan di dalam penjara tak beliau sia-siakan dengan bersedih, malah Buya Hamka bersyukur telah dipenjara oleh penguasa pada masa itu, karena di dalam penjara tersebut beliau memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan cita-citanya, merampungkan tafsir Al-Qur’an 30 juz, yang sekarang lebih kita kenal dengan nama kitab tafsir Al-Azhar.
Lalu bagaimana dengan ketiga tokoh tadi?
Ternyata Allah masih sayang kepada Pramoedya, M. Yamin dan Soekarno. Karena apa yang telah dilakukan oleh ketiga tokoh bangsa tersebut terhadap Buya Hamka, tak harus diselesaikan di akhirat, Allah telah mengizinkan permasalahan tersebut untuk diselesaikan di dunia saja.
Di usia senjanya, Pramoedya akhirnya mengakui kesalahannya dimasa lalu dan dengan rendah hati bersedia “meminta maaf” kepada Buya Hamka, ya! Pramoedya mengirim putri sulungnya kepada Buya Hamka untuk belajar agama dan men-syahadat-kan calon menantunya.
Apakah Buya Hamka menolak? Tidak! Dengan lapang dada Buya Hamka mau mengajarkan ilmu agama kepada anak beserta calon menantu Pramoedya, tanpa sedikitpun pernah mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan oleh -salahsatu penulis terhebat yang pernah dimiliki indonesia- tersebut terhadap dirinya. Allahuakbar! Begitu pemaafnya Buya Hamka.
Ketika M. Yamin sakit keras dan merasa takkan lama lagi berada di dunia ini, beliau meminta orang terdekatnya untuk memanggilkan Buya Hamka. Saat Buya Hamka telah berada di sampingya, dengan kerendahan hati M. Yamin (memohon maaf dengan) meminta kepada Buya Hamka agar sudi mengantarkan jenazahnya untuk dikebumikan di kampung halaman yang telah lama tak dikunjungi Talawi, dan di kesempatan nafas terakhirnya M. Yamin minta agar Buya sendiri yang menuntunnya untuk mengucapkan kalimat-kalimat tauhid.
Apakah Buya Hamka menolak? Tidak! Buya Hamka menuluskan semua permintaan tersebut, Buya Hamka yang “menjaga” jenazah -tokoh pemersatu bangsa- tersebut sampai selesai dikebumikan dikampung halamannya sendiri.
Namun, lain hal dengan Soekarno, malah Buya Hamka sangat merindukan proklamator bangsa Indonesia tersebut, Buya Hamka ingin berterima kasih telah diberi “hadiah penjara” oleh Bung Karno, yang dengan hadiah tersebut Buya memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tafsir Al-Azharnya yang terkenal, dengan hadiah tersebut perjalanan ujian hidup Buya menjadi semakin berliku namun indah, Buya Hamka ingin berterima kasih untuk itu semua.
Lalu kemana Soekarno? Kemana teman seperjuangannya dalam memerdekakan bangsa ini menghilang? Dalam hati Buya Hamka sangat rindu ingin bertemu lagi dengan -singa podium- tersebut. Tak ada marah, tak ada dendam, hanya satu kata “rindu”.
Hari itu 16 Juni 1970, ajudan presiden Soeharto datang kerumah Buya, membawa secarik kertas, kertas yang tak biasa, kertas yang bertuliskan kalimat pendek namun membawa kebahagian yang besar ke dada sang ulama besar, pesan tersebut dari Soekarno, orang yang belakangan sangat beliau rindukan, dengan seksama Buya Hamka membaca pesan tersebut:
“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Buya Hamka bertanya kepada sang ajudan “Dimana? Dimana beliau sekarang?” Dengan pelan dijawab oleh pengantar pesan “Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso.”
Mata sayu Buya Hamka mulai berkaca, kerinduan itu, rasa ingin bertemu itu, harus berhadapan dengan tubuh kaku, tak ada lagi pertemuan yang diharapkan, tak ada lagi cengkrama tawa dimasa tua yang dirindukan, hanya hamparan samudera maaf untuk saudaranya, mantan pemimpinnya, pemberian maaf karena telah mempenjarakan beliau serta untaian lembut doa dari hati yang ikhlas agar Bung Karno selamat di akhirat, hadiah khusus dari jiwa yang paling lembut sang ulama besar, Buya Hamka.
Dianggap melawan pemerintah (yang menurut saya sebenarnya pemerintah waktu itu tak ingin mendapat kritikan yang cerdas), M. Yamin dan Soekarno berkolaborasi menjatuhkan wibawa Buya Hamka melalui headline beberapa media cetak yang diasuh oleh Pramoedya Ananta Toer.
Berbulan-bulan Pramoedya menyerang Buya Hamka secara bertubi-tubi melalui tulisan di koran (media yang paling tren saat itu), Allahuakbar! sedikitpun Buya Hamka tak gentar, fokus Buya tak teralihkan, beliau terlalu mencintai Allah dan saudara muslimya, sehingga serangan yang mencoba untuk menyudutkan dirinya tak beliau hiraukan, Buya Hamka yakin jika kita menolong agama Allah, maka Allah pasti menolong kita. Pasti!
Oh! Buya Hamka terlalu kuat dan tak bisa dijatuhkan dengan serangan pembunuhan karakter melalui media cetak yang diasuh oleh Pram, tak sungkan-sungkan lagi, Soekarno langsung menjebloskan ulama besar tersebut ke penjara tanpa melewati persidangan.
Seperti doa nabi Yusuf as. ketika dipenjara: Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf, 33)
Yah! Saat itu penjara jauh lebih baik bagi Buya Hamka, jauh lebih baik daripada menyerahkan kepatuhannya terhadap Allah kepada orang-orang yang hanya mengejar dunia.
2 tahun 4 bulan di dalam penjara tak beliau sia-siakan dengan bersedih, malah Buya Hamka bersyukur telah dipenjara oleh penguasa pada masa itu, karena di dalam penjara tersebut beliau memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan cita-citanya, merampungkan tafsir Al-Qur’an 30 juz, yang sekarang lebih kita kenal dengan nama kitab tafsir Al-Azhar.
Lalu bagaimana dengan ketiga tokoh tadi?
Ternyata Allah masih sayang kepada Pramoedya, M. Yamin dan Soekarno. Karena apa yang telah dilakukan oleh ketiga tokoh bangsa tersebut terhadap Buya Hamka, tak harus diselesaikan di akhirat, Allah telah mengizinkan permasalahan tersebut untuk diselesaikan di dunia saja.
Di usia senjanya, Pramoedya akhirnya mengakui kesalahannya dimasa lalu dan dengan rendah hati bersedia “meminta maaf” kepada Buya Hamka, ya! Pramoedya mengirim putri sulungnya kepada Buya Hamka untuk belajar agama dan men-syahadat-kan calon menantunya.
Apakah Buya Hamka menolak? Tidak! Dengan lapang dada Buya Hamka mau mengajarkan ilmu agama kepada anak beserta calon menantu Pramoedya, tanpa sedikitpun pernah mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan oleh -salahsatu penulis terhebat yang pernah dimiliki indonesia- tersebut terhadap dirinya. Allahuakbar! Begitu pemaafnya Buya Hamka.
Ketika M. Yamin sakit keras dan merasa takkan lama lagi berada di dunia ini, beliau meminta orang terdekatnya untuk memanggilkan Buya Hamka. Saat Buya Hamka telah berada di sampingya, dengan kerendahan hati M. Yamin (memohon maaf dengan) meminta kepada Buya Hamka agar sudi mengantarkan jenazahnya untuk dikebumikan di kampung halaman yang telah lama tak dikunjungi Talawi, dan di kesempatan nafas terakhirnya M. Yamin minta agar Buya sendiri yang menuntunnya untuk mengucapkan kalimat-kalimat tauhid.
Apakah Buya Hamka menolak? Tidak! Buya Hamka menuluskan semua permintaan tersebut, Buya Hamka yang “menjaga” jenazah -tokoh pemersatu bangsa- tersebut sampai selesai dikebumikan dikampung halamannya sendiri.
Namun, lain hal dengan Soekarno, malah Buya Hamka sangat merindukan proklamator bangsa Indonesia tersebut, Buya Hamka ingin berterima kasih telah diberi “hadiah penjara” oleh Bung Karno, yang dengan hadiah tersebut Buya memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tafsir Al-Azharnya yang terkenal, dengan hadiah tersebut perjalanan ujian hidup Buya menjadi semakin berliku namun indah, Buya Hamka ingin berterima kasih untuk itu semua.
Lalu kemana Soekarno? Kemana teman seperjuangannya dalam memerdekakan bangsa ini menghilang? Dalam hati Buya Hamka sangat rindu ingin bertemu lagi dengan -singa podium- tersebut. Tak ada marah, tak ada dendam, hanya satu kata “rindu”.
Hari itu 16 Juni 1970, ajudan presiden Soeharto datang kerumah Buya, membawa secarik kertas, kertas yang tak biasa, kertas yang bertuliskan kalimat pendek namun membawa kebahagian yang besar ke dada sang ulama besar, pesan tersebut dari Soekarno, orang yang belakangan sangat beliau rindukan, dengan seksama Buya Hamka membaca pesan tersebut:
“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Buya Hamka bertanya kepada sang ajudan “Dimana? Dimana beliau sekarang?” Dengan pelan dijawab oleh pengantar pesan “Bapak Soekarno telah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso.”
Mata sayu Buya Hamka mulai berkaca, kerinduan itu, rasa ingin bertemu itu, harus berhadapan dengan tubuh kaku, tak ada lagi pertemuan yang diharapkan, tak ada lagi cengkrama tawa dimasa tua yang dirindukan, hanya hamparan samudera maaf untuk saudaranya, mantan pemimpinnya, pemberian maaf karena telah mempenjarakan beliau serta untaian lembut doa dari hati yang ikhlas agar Bung Karno selamat di akhirat, hadiah khusus dari jiwa yang paling lembut sang ulama besar, Buya Hamka.
Langganan:
Postingan (Atom)